Tanjung Priok oh Tanjung Priok

Amat sangat disayangkan, sebuah peristiwa yang sama sekali tidak direncanakan bahkan diduga, kembali terjadi di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Indonesia. Berawal dari kasus sengketa perebutan hak milik atas sebidang tanah di kawasan gudang peti kemas Tanjung Priok. Kawasan tersebut merupakan kawasan yang dianggap sebagai tempat " keramat" karena terdapat makan seorang Ulama besar disana. Ulama yang sangat dipercaya dahulu menyebarkan agama Islam di kawasan Jakarta Utara.
Menurut hukum ahli waris menyatakan bahwa tanah dikawasan tersebut memiliki "berkah" tersendiri. Oleh karena itu beliau selalu berpesan untuk tidak bermacam-macam dengan tanah keramat tersebu. Kuasa hukum tersebut juga menyampaikan fakta-fakta yang terjadi berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang kepada tanah tersebut telah banyak memberikan dampak yang buruk bagi siapa saja yang memiliki niat buruk terhadap tanah keramat tersebut. Hal ini disampaikan olehnya pada saat dilakukannya diskusi antara pihak PEMDA DKI Jakarta, Ahli waris dan Komnasham.
Hal-hal yang membingunkan adalah adanya berita bahwa makam akan dibongkar, padahal menurut informasi yang beredar adalah penertiban antara bangunan-bangunan liar yang ada di makam tersebut. Entah ada provokator atau tidak tapi secara akal sehat bila ahli waris ingin makam menjadi cagar budaya yang layak dan menarik, seharusnya ditata dengan rapi. Mungkin Pihak Pemda memiliki niat kearah sana, namun penyampaian yang kurang tepat dan adanya " penyulut" pertikaian dianatara massa pada saat itu. Pertanyaan yang besar adalah mengapa ada bangunan liar di dalam Makam? apa pihak pewaris mengetahuinya? lalu kalau memang untuk menertibakan mengapa Pemda mengerahkan tidak kurang dari 2000 personel Pamong Praja di sana? Kabar yang beredar kembali adalah pertikaian dengan pihak PT.PElindo sebagai pihak yang merasa dirugikan karena adanya Makam tersebut. PElindo mengatakan bahwa adanya makam tersebut menyebabkan Indonesia mendapat teguran dari US coast guard karena pelabuhan menjadi tidak berstandar Internasional. Jalan keluar yang ditawarkan Pelindo awalnya adalah diberikan tanah 100 m untuk akses dan kunjungan hanya diperbolehkan hanya 10 orang setiap tahunnya. Bayangkan saja, tawaran ini hanya akan memicu pertempuran yang lebih besar lagi. Mahluk mana yang mau kebebasannya dikekang? Hewan saja melawan apalagi manusia. Sangat tidak manusiawi !

Sangat disayangkan, korban yang berjatuhan pun tidak sedikit. Siapa yang harus bertanggung jawab, sebuah kerusuhan yang terjadi karena adanya salah komunikasi. Kerusuhan karena adanya oknum-oknum yang memiliki kepentingan (mungkin). Ayolah kawan, Indonesia sudah lelah dengan perdebatan antar kepentingan. Tengoklah manusia-manusia yang terluka, bagaimana nasib istri, anak, suami, paman, bibi, cucu dari korban yang meninggal karena peristiwa ini. Mungkin ini bukan tragedi trakhir di Indonesia, namun paling tidak bapak ibu pejabat bisa menggunakan cara yang lebih dingin dan bijak lagi.

Viva Indonesia
0 Responses

    Followers

    Adhie's world

    ShoutBox

    Name :
    Web URL :
    Message :
    :) :( :D :p :(( :)) :x

    Iklan iklan