Metropolis yang Menjadi Mimpi namun Ironis

Bogor, 31 May 2010

Sekarang Bogor sudah berubah, sudah ramai, sudah padat dan kata beberapa orang dengan istilahnya adalah Bogor sudah “semrawut”. Tetapi kalo kata kaum-kaum yang mengaku dirinya elite pastinya akan berkata lain berkenaan dengan kondisi Bogor saat ini. Bogor sudah dan akan beranjak menjadi kota metropolitan katanya. Entah siap atau tidak namun itulah kenyataan dan mungkin keinginan dari semua penduduk di suatu wilayah.
Menjadi kota metropolitan tidak sepenuhnya memberikan keuntungan. Bagi saya metropolitan berarti selangkah lagi menuju kehancuran. Mengapa?
Tengoklah Jakarta! Bagi sebagian orang tinggal di kota metropolitan memberikan nilai lebih tersendiri kepada dirinya. Atau lebih prestise katanya. Tapi apakah nilai prestise adalah segalanya? Tidak tentunya.. Sempat ada kabar bahwa satu keluarga yang tinggal di kawasan elite di Kota metropolitan tewas terbunuh tanpa diketahui oleh tetangganya.IRONIS!!
Ironis adalah kata yang paling tepat menurut saya, mengapa demikian? Coba anda bayangkan manusia atau sekumpulan manusia yang tinggal di suatu kompleks perumahan yang sama namun tidak mengenal satu sama lain. Ya metropolis berarti Individualis. Atau bahasa kerennya adalah “gue ya gue, loe ya loe” atau kalau mau menggunakan ejaan yang -diannggap- disempurnakan maka akan menjadi, “urusan aku adalah urusan aku, dan urusan kamu adalah urusan kamu!”.
Semenjak Taman kanak-kanak bahkan sampai duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, adik-adik kita selalu ditekankan akan pentingnya kehidupan bergotong royong yang konon katanya menjadi cirri khas bangsa ini. Bahkan ada salah satu partai politik di Indonesia yang sangat mengeluelukan ciri khas Indonesia yang satu ini. Namun apakah ciri individualism sesuai dengan kehidupan bergotong royong? Apakah kehidupan metropolis yang serba mewah harus mengenyampingkan hal ini dan menaikan derajat prestise di atas segalanya? Bagi saya ini terdengar sangat konyol, mengapa demikian? Tengok saja, ada warga perumahan yang tidak kenal siapa tetangganya, baik yang tepat disebelah rumahnya maupun didepan rumahnya. Hal ini bukan barang langka untuk orang-orang yang tinggal di kawasan metropolitan. Dan bukan barang langka lagi kalau terdapat rumah mewah dibobol maling namun tidak ada yang bereaksi, ya karena itu, individualism sudah sangat membabibuta di kota besar. Seperti yang saya katakana sebelumnya bahwa metropolitan adalah selangkah lagi menuju kehancuran, setelah metropolitan lalu megapolitan dan lalu hancur..begitulah siklusnya…kita liat saja apa yang akan terjadi dengan Indonesia dan sekitarnya. Alangkah indahnya kalo metropolitan tetap sejalan dengan kebersamaan. Amin…..  
0 Responses

    Followers

    Adhie's world

    ShoutBox

    Name :
    Web URL :
    Message :
    :) :( :D :p :(( :)) :x

    Iklan iklan